Kepemimpinan Kepala Sekolah



Kepemimpinan Kepala Sekolah
Manusia adalah mahkluk sosial, setiap individu membutuhkan pengaruh dengan sesama, dari kelompok individu yang bergabung dalam sebuah tempat akan terbentuk suatu komunitas. Masing-masing komunitas membutuhkan seorang pimpinan yang dianggap mampu memfasilitasi kebutuhan mereka. Pemimpin adalah manusia biasa yang dianggap memiliki kelebihan dan keunggulan dari orang lain yang ada di sekitarnya. Pemilihan pimpinan dalam kondisi normal didapat dari persetujuan dari seluruh anggota kelompok.
Seseorang diangkat dan ditetapkan sebagai pimpinan jika dirinya memiliki kemampuan yang dianggap melebihi anggota kelompok lainnya.
Sekolah sebagai institusi merupakan sebuah komunitas yang didalamnya terdapat banyak anggota, yang terdiri guru, pegawai, siswa. Untuk dapat mengarahkan perilaku anggota organisasi sekolah, maka institusi sekolah sangat membutuhkan keberadan seorang pimpinan. Kepala sekolah merupakan wakil dari warga sekolah, yang berfungsi memfasilitasi seluruh kepentingan warga yang ada.
Kepala sekolah memiliki peran dan fungsi yang sangat signifikan dalam kegiatan operasional sekolah. Kepala sekolah berfungsi sebagai sosok sentral yang memikul beban dan tanggung jawab terhadap seluruh kegiatan belajar mengajar serta hasil yang dicapai sekolah. Kesalahan yang dilakukan oleh guru sebagai pelaksana pembelajaran, serta rendahnya kualitas hasil belajar, merupakan kesalahan dan kegagalan kepala sekolah dalam mengelola unit kerjanya.
Tanggung jawab kepala sekolah sebagai pemimpin, bukanlah tugas yang ringan, namun merupakan tugas yang cukup berat dan membutuhkan kemampuan dalam banyak bidang, khususnya kemampuan dalam bidang kurikulum dan pembelajaran, kemampuan mengembangkan sumber daya dan kemampuan terhadap ilmu pengetahuan dan tehnologi pendukung lainnya. Di balik kemampuan tersebut, kemampuan yang wajib di ketahui dan dilakukan dengan baik adalah tugas dan tanggung jawab kepala sekolah sebagai administrator, sebagai supervisor, sebagai inovator, dan sebagai motivator.
Untuk dapat melaksanakan tugas dan kewajiban sesuai dengan tugas yang melekat pada dirinya, kepala sekolah harus mampu memerankan fungsi kepemimpinan yang ideal. Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Kepemimpinan didasarkan atas kemampuan mengelola dan mengembangkan karaktersitik organisasi untuk dapat berkembang optimal sesuai dengan visi dan misi yang dimilikinya.
Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati (Prijosaksono,2002:l).

Dengan mengacu pada pernyataan tersebut, jelaslah bahwa pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside out) yang dengan kemampuan tersebut ia mampu memberi kemaslahatan bagi para pengikutnya. Pemimpin sejati tidak selalu menampilkan diri di hadapan para pengikutnya, tetapi dengan kemampuan dan keterampilannya, ia mampu mengendalikan pengikutnya untuk berperan sesuai dengan strategi yang telah disusun secara matang, sehingga para pengikut tersebut mampu mencapai tujuan dengan optimal.
Sebagai pemimpin dalam organisasi sekolah, kepala sekolah harus membekali diri dengan kompetensi yang mendukung pelaksanaan tugas dan jabatannya. Kompetensi yang dimilki akan mendukung kemampuan kepala sekolah dalam mengorganisir dan niempengaruhi guru-guru, pegawai sekolah maupun siswa dan masyarakat dalam pencapaian tujuan. Kemampuan mengorganisir anggota organisasi sekolah cukup besar maknanya bagi kemajuan dan keberhasilan sekolah mengembangkan prestasinya. Sebagai agen pembaharu dan soko guru kemajuan bangsa, sekolah selayaknya dipimpin oleh seseorang yang membekali diri dengan kepemimpinan sejati.
Kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang didasarkan pada kerendahan hati (humble). Dalam melaksanakan kepemimpinannya ia mampu bersikap terbuka, mampu memaafkan dan terampil dalam mengelola pengikut dan tidak mengharapkan balas jasa atau pamrih terhadap usaha yang dilakukannya. Kepemimpinan sejati telah dicontohkan oleh Nelson Mandela, seorang pemimpin besar Afrika , yang membawa bangsanya dari negara yang rasialis, menjadi negara yang demokratis dan merdeka. Meskipun ia mengalami penderitaan selama 27 tahun dalam penjara pemerintah Apartheid, justru melahirkan perubahan dalam dirinya. Nelson Mandela mampu mengalami perubahan karakter dan memperoleh kedamaian dalam dirinya, sehingga dia menjadi manusia yang rendah hati dan mau memaafkan mereka yang telah membuatnya menderita selama bertahun-tahun.
Prijosaksono (2002:2) menyatakan bahwa pemimpin sejati adalah pemimpin yang memiliki sifat Q Leader. Kepemimpinan Q memiliki empat makna:
1.    Q yang berarti kecerdasan
2.    Q yang berarti quality
3.    Q sebagai leader
4.    Q sebagai qolbu
                     
Lebih jelasnya dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan sejati adalah pemimpin yang memiliki kecerdasan intelektual yaitu kecerdasan dalam menyelesaikan masalah, kecerdasan emosional yaitu kemampuan dalam mengelola kepribadian, dan kecerdasan spiritual yaitu kecerdasan seorang pimpinan dalam menjaga hubungan dengan Tuhan semesta alam.

Kepemimpinan merupakan suatu konsep abstrak, tetapi hasilnya nyata. Kadangkala kepemimpinan mengarah pada seni, tetapi seringkali pula berkaitan dengan ilmu. Pada kenyataannya, kepemimpinan merupakan seni sekaligus ilmu.
Ada banyak definisi kepemimpinan, tergantung pada perspektif yang digunakan. Kepemimpinan dapat didefinisikan berdasarkan penerapannya pada bidang militer, olahraga, bisnis, pendidikan, industri dan bidang-bidang lainnya. Robbins (1991) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok anggota agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran yang diterapkan. Schriesheim, et al. (dalam Kreitner adalah proses pengaruh sosial dimana pemimpin mengupayakan partisipasi sukarela para bawahannya dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Gibson et al. (1991, p. 364) memberikan definisi kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi motivasi atau kompetensi individu-individu lainnya dalam suatu kelompok. Ketiga definisi tersebut hanyalah sebagian dari definisi-definisi yang ada. Sedangkan dalam kaitannya dengan TQM, definisi yang diberikan oleh Goetsch dan Davis (1994, p. 192) adalah bahwa kepemimpinan  merupakan kemampuan untuk membangkitkan semangat orang lain agar bersedia dan memiliki tanggung jawab total terhadap usaha mencapai atau melampaui tujuan organisasi.
Definisi-definisi di atas pada hakikatnya mengandung kesamaan, dimana konsep dasarnya berkaitan dengan penerapannya dalam TQM, yaitu membangkitkan motivasi atau semangat orang lain, yaitu dengan jalan memberikan inspirasi atau mengilhami. Konsep ini mengandung pengertian bahwa motivasi tersebut telah ada dalam diri setiap karyawan dan motivasi yang ada tersebut bukanlah sekedar tanggapan temporer terhadap rangsangan eksternal. Kepemimpinan sendiri tidak hanya berada pada posisi puncak struktur organisasi perusahaan, tetapi juga meliputi setiap level yang ada dalam organisasi.
Istilah manajer dan pemimpin tidaklah perlu dicampuradukkan, karena kepemimpinan meruapakan salah satu bagian dari manajemen. Manajer melaksanakan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, komunikasi, dan pengawasan.  Termasuk di dalam fungsi-fungsi itu adalah perlunya memimpin dan mengarahkan. Zaleznik dalam Robbins (1991) menyatakan bahwa tidak semua pemimpin adalah manajer.  Seorang manajer yang diberi hak-hak tertentu (formal) dalam suatu organisasi belum tentu dapat menjadi seorang pemimpin yang efektif. Akan tetepi kemampuan untuk mempengaruhi orang lain yang didapatkan dari luar struktur formal adalah sama atau bahkan lebih penting daripada pengaruh formal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin dapat muncul secara informal dari suatu kelompok dan dapat pula ditunjuk secara formal. Secara umum seorang pemimpin yang baik harus memiliki beberapa karakteristik berikut :
Next
This is the current newest page
Previous
Next Post »
Thanks for your comment